Jika ingin putaran roda benar-benar rata dan imbang, harus dibalancing. Meski pada kenyataannya balancing di motor hanya memiliki 2 roda, tidak terlalu berpengaruh pada kestabilan kemudi. Namun kalau ditelusuri lebih dalam, ban motor nggak balance terbukti mempengaruhi kinerja komponen di seputar kaki-kaki.
“Kalau roda nggak balance, distribusi beban tidak rata di seluruh permukaan ban. Sehingga ketika ban berputar di kecepatan tinggi, beban terberat otomatis memaksa dan menarik beban teringan. Efeknya, motor bergetar dahsyat dimulai dari roda, sokbreker, setang hingga seluruh bodi,” jelas Hasyim Sonedi mekanik AHRS.
Jika balance roda diabaikan berlarut, kata Hasyim bukan cuma bikin badan pengendara pada ngilu atau pegal. Handling motor malah jadi kurang mantap dan komponen penunjang kerja roda sangat mungkin ikut rusak akibat tidak tahan getaran.
Nah, komponen paling rawan rusak dan cepat minta ganti adalah laher roda. Soale, peranti ini yang paling sering kena getar, selain dapat tekanan dari roda ketika motor melibas jalan rusak.
Tak hanya itu kata Hasyim lagi. Tapak atau kompon ban habisnya bisa tidak rata, sehingga memperparah kondisi komponen lain. Seperti kelurusan lingkar pelek dan kekencangan jari-jari.
“Dan jika ban tidak ikut dibalance, nggak setel pelek jari-jari atau CW hingga menyebabkan ban oleng, maka lama kelamaan kaki-kaki yang bakal kena serang. Entah itu sil sokbreker bocor, per lemah, pipa teleskopik atau segitiga sok bengkok,” lanjut pria asli Jogja ini.
Makanya balancing roda jangan sampai ketinggalan.
BALANCING RODA, NYOK..
Balancing pelek tidak serumit apa yang dibayangkan. Cuma mengandalkan timah pemberat yang bebannya sesuai kebutuhan, efeknya gasingan ban tidak saling tarik lantaran kontribusi beban di roda sudah rata alias balance.
Cuma mesti kelihatan gampang, triknya harus dimengerti agar tidak salah ketika praktik. Dimulai dengan memasang semua komponen roda. Mulai dari pelek, jari-jari, ban dalam-luar dan cakram jika memungkinkan.
Lalu, tempatkan roda pada alat pengukur keseimbangan. Tentunya dengan memanfaatkan as roda motor yang lebih dulu di tanam pada laher.
Setelah posisi pas, putar roda ¼ lingkaran sampai benar-benar berhenti. Trus, bagian paling atas diberi tanda. Dan proses balancing dimulai dengan memutar kembali roda tadi ¼ lingkaran. Kalau tanda kembali di posisi atas, artinya di bagian tanda tadi mesti ditambah timah pemberat. Lalu diputar kembali sampai tanda ada di tengah.
“Tapi kalau tanda yang juga dikasih pemberat justru berada di bawah. Itu artinya beban timah pemberat terlalu besar dan minta dikecilkan bebannya,” wanti Hasyim.
0 comments:
Posting Komentar
Silahkan Komentar anda.Jangan spam ya...
"U Comment I Follow"